Dalil - Dalil Mengaji
1. Inna Haadzaal ‘Ilma Diinun Fandhuruu ‘Amman Ta’khudzuuna Diinakum
Yang artinya: "Sesungguhnya ilmu adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu". (HR. Muslim, juz 1 hal 11).
2. Fa’lam Annahuu Laa Ilaaha Illaallooh(u)
Yang artinya : “ Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak dan wajib disembah dengan sebenar-benarnya) selain Alloh…”. (QS. Muhammad, No. Surat : 47, Ayat: 19).
3. Tholabul ‘Ilmi Fariidhotun ‘Alaa Kulli Muslim(in)
Yang Artinya : “Mencari ilmu itu (hukumnya) wajib bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah Juz 1 Hal 81).
4. Wa Laa Taqfu Maa Laisa Laka Bihii ‘Ilm(un)
Yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti/mengerjakan apa yang kamu tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentangnya…dst”. (QS. Al-Isroo', No. Surat: 17, Ayat: 36).
5. Al-‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amal(i)
Yang artinya: “Ilmu diperlukan sebelum berbicara dan beramal”. (HR. Bukhori Juz 1 hal 25).
6. Al-‘Ilmu Tsalaatsatun Wa Maa Siwaa Dzaalika Fahuwa Fadhlun: Aayatun Muhkamatun, Au Sunnatun Qoo-imatun, Au Fariidhotun ‘Aadilatun
Yang artinya: “Ilmu itu ada tiga, dan yang selain itu hanya lebihan saja (mak: Ilmu Bantu), (adapun ketiga ilmu itu adalah: 1. Ayat yang menghukumi, yakni Al-Qur’an, dan 2. Sunnah yang tegak, yakni Al-Hadits, dan 3. Iilmu faro’idh (tata cara membagi harta pusaka/waris) yang adil”. (HR. Abi Daud, No. Hadits: 2499).
7. Taroktu fiikum Amroini Lantadhilluu Maa Tamssaktum Bihimaa Kitaabillaahi Wasunnatin Nabiyyih(i) Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam
Yang artinya: “Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Alloh (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits)”. (HR. Maalik Fii Muatho’).
8. Fa-in Tanaaza’tum fii Sya-in Farudduuhu Ilalloohi Warrosuuli Inkuntum Tu’minuuna Billaahi Walyaumil Aakhir(i)
Yang artinya: “Maka jika kamu berselisih faham/berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Qur’an) dan Rosul (Al-Hadits), jika kamu beriman dengan Alloh dan hari akhir”. (QS. An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 59).
9. Man ‘Amila ‘Amalan Laisa ‘Alaihi Amrunaa Fahuwa Rodd(un)
Yang artinya: “Barangsiapa mengamalkan pada suatu amalan yang tidak ada (dasar) perkara (ajaran) kami atasnya, maka amalan tersebut ditolak”. (HR. Bukhori)
10. Laa Yazaalun Naasi Bikhoirin Maa Baqiyal Awwalu Hatta Yata’allamal Akhir(u), Fa-idzaa Halakal Awwalu Qobla Ayyata’allamal Akhiru Halakan Naas(i)
Yang artinya: “Manusia akan selalu dalam keadaan baik selama orang awal (generasi tua/ulama’ sepuh) masih tetap ada/hidup sehingga orang akhir (generasi muda) mau belajar (pada generasi tua tersebut), kalau orang awal telah mati sementara orang akhir belum belajar (padanya) maka (saat itulah manusia) rusak”. (HR. Thobrooni, No. Hadits 929).
11. Yaa Ayyuhan Naas(u), Innamal ‘Ilmu Bitta’allum(i), Walfiqhu Bittafaqquhi
Yang artinya: "Hai manusia, sesungguhnya ilmu bisa didapat dengan cara belajar, sedangkan kepahaman bisa didapat dengan cara berusaha paham". (HR. Thobrooni).
12. Halaka Ummatii ‘Alaa Yaday Ughoilimatis Sufahaa-in
Yang artinya: “Umatku rusak ditangan pemuda yang bodoh”. (mak: generasi muda yang tidak memahami perkara dosa-fahala, halal-harom, manfa’at-madhorot, mahrom dan bukan mahrom, baik-buruk, dll. Menuruti hawa nafsu). (HR. Bukhori).
13. Al-Kayyisu Man Daana Nafsahu Wa ‘Amila Limaa Ba’dal Maut(i), Wal ‘Aajizu Man Atba’a Nafsahu Hawaahaa Watamanna ‘Alallooh(i)
Yang artinya: “Orang yang cerdas, ialah orang yang mengoreksi dirinya dan mengamalkan apa-apa untuk setelahnya mati, sedang orang yang lemah/bodoh ialah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Alloh”. (HR. Tirmidzi Juz 4 Hal 638).
14. Asyaddun Naasi Hasrotan Yaumal Qiyaamati Rojulun Amkanahu Tholabul ‘Ilmi Fiddunyaa Falam Yathlubhu
Yang artinya: “Pada hari Kiamat kelak, manusia yang paling menyesal adalah seseorang yang mungkin sekali (mempunyai kesempatan) untuk mencari ilmu di dunia tapi ia tidak mau mencarinya”. (HR. Thobroni).
15. Innallooha Yubghidhu Kulla Ja’dhzoriyyin Jawwaadhzin Sakhkhoobin Fil Aswaaqi Jiifatin Billaili Himaarin Bin Nahaar(i)
Yang artinya: “Sesungguhnya Alloh murka kepada setiap orang yang keras hati lagi kasar, tukang bertengkar di pasar, membangkai di malam hari (tidur saja tidak mau sholat sunnah dan berdo’a), di siang hari seperti himar / kuda (suka pergi kemana-mana lalai ibadah), pandai di bidang duniawi, bodoh dalam urusan akherat”. (HR. Baihaqi).
16. Innahu Layastaghfiru Lil’alimi Man Fis Samaawaati Wa Man Fil Ardhi Hattal Hitaani Fil Maa-i
Yang artinya: “Bahwasannya orang yang di langit (malaikat) dan orang yang di bumi (orang-orang iman) sehingga ikan-ikan di lautan memintakan ampunan bagi orang ‘alim/berilmu”. (HR. Ibnu Majah juz 1 hal 87).
17. Idzaj Tama’al ‘Aalimu Wal ‘Aabidu ‘Alash Shiroothi, Qiila Lil ‘Aabid(i), “Udkhulil Jannata Watana’am Bi’ibaadatik(a), Waqiila Lil ‘Aalimi Qif Hunaa Fasyfa’ Liman Ahbabta Fa-innaka LaaTasyfa’u Li-ahadin Illaa Syuffi’ta Faqooma Maqoomal Anbiyaa-i
Yang artinya: “Ketika orang yang berilmu dan orang yang ahli beribadah telah berkumpul di atas jembatan shirothol mustaqiim, maka dikatakan pada orang yang ahli beribadah “Masuklah kamu ke surga dan nikmatilah (hasil) beribadahmu”, dan dikatakan pada orang yang ahli ilmu “Berhentilah disitu, lalu memberilah syafa’at pada orang yang kamu senangi! Sesungguhnya, kamu tidak mensyafa’ati seseorang kecuali pasti kamu akan disyafa’ati (artinya: setiap orang yang disyafa’atinya pasti tertolong) terus ia berdiri pada tempat berdirinya para nabi”.
18. Yarfa’illaahul Ladziina Aamanuu Minkum Wal Ladziina Uutul ‘Ilma Darojaat(in), Walloohu Bimaa Ta’maluuna Khobiir(un)
Yang artinya: "Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha waspada terhadap apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Mujaadilah, No. Surat: 58, Ayat: 11).
19. Tholabul ‘Ilmi Afdholu ‘Indalloohi Minash Sholaati Wash-shiyaami Wal Hajji Wal Jihaadi Fii Sabiilillaah(i)
Yang artinya: “Di sisi Alloh, menuntut ilmu lebih utama ketimbang sholat, puasa dan haji serta jihad/berjuang di jalan Alloh”. (HR. Ad-Dailami).